Imam As Suyuthi dalam kitab Husn Al Muhâdharah menyebutkan biografinya. Beliau berkata:
“Saya dalam kitab ini mencantumkan tentang biografi pribadi sebagaimana yang telah dilakukan oleh para penulis sebelum saya”.
“Tidak sedikit yang menulis sebuah buku kecuali dituliskan di dalam buku tersebut tentang biodata pribadi sang penulis, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Abdul Ghaffar Al Farisi dalam kitabnya Târîkh Naisabur, Yaqut Al Hamawi dalam kitab Mujam Al Buldân dan Lisan Ad Din Ibnu Al Khathib dalam kitab Târîkh Gharnaţah, Al Hafizh Taqiyuddin Al Farisi dalam kitab Târîkh Makkah, Al Hafizh Abu Al Fadhl Ibnu Hajar dalam Qadhâ’ Mishr, Abu Syammah dalam kitabnya Ar Rawdhataini, dia adalah orang yang paling wara’ dan zuhud”.
Imam As Suyuthi berkata:
“Saya dilahirkan pada waktu Maghrib malam Ahad tanggal 1 bulan Rajab pada tahun 849 H/1445 M di Kairo Mesir, yakni enam tahun sebelum ayah saya meninggal. Kemudian pada saat bapakku masih hidup saya dibawa kepada Syaikh Muhammad Al Majdzub seorang pembesar para wali di samping Masyhad An Nafisi, kemudian beliau mendo’akan saya”.
Beliau menambahkan:
“Saya tumbuh dalam keadaan yatim dan saya telah hafal Al Quran ketika berusia belum genap delapan tahun. Saya juga telah hafal kitab Al ‘Umdah Al Ahkâm (karya Ibnu Daqiq Al ‘Id), kitab Minhâj At Ţâlibîn (karya Imam Nawawi), kitab Minhâj Al Wushûl Ilâ ‘Ilm Al Ushûl (karya Imam Al Baidhawi), serta kitab Alfiyah Ibnu Malik”.
Al Idrusi dalam kitabnya An Nûr As Sâfir halaman 51-52 berkata:
“Ayahnya meninggal pada malam senin tanggal 5 bulan Shafar tahun 855 H, kemudian dia mewasiatkan As Suyuthi kepada Syaikh Kamal Ad Din bin Al Hammam, lantas beliau pun menjaga, mengurus serta mendidik As Suyuthi”.
Imam as-Suyuthi berkata:
“Saya telah berkecimpung dalam dunia pendidikan sejak awal tahun 864 H. Kemudian saya belajar Fiqih, Nahwu dari beberapa ulama besar, saya belajar ilmu Fara’idh kepada syeikh Al ‘Allamah Syihabuddin Asy Syarmasahi yang di-katakan padanya bahwasannya dia telah mencapai usia sepuh lebih dari seratus tahun. Allah Maha Mengetahui. Saya telah membaca dalam syarahnya dalam kitab Al Majmu’.”
“Kemudian saya melanjutkan dengan mengajar bahasa Arab pada awal tahun 866 H. Pada tahun ini saya mulai menulis sebuah buku, adapun buku yang pertama saya tulis adalah Syarh Al ‘Isti’âdzah Wa Al Basmalah. Kemudian saya mewakafkannya kepada Syeikh Al Islam ‘Ilm Ad Din Al Bulqini kemudian beliau menulis kalimat pujian, dan senan-tiasa menyertakannya dalam fiqihnya sampai beliau meninggal yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya”.
Imam as-Suyuthi telah mengabarkan kepada kami tentang perjalanan karir pendidikannya, beliau berkata:
“Saya memulai perjalanan menuju Syam, kemudian Hijaz, Yaman, India, Maghrib dan At Takrur”.[1]
Kemudian beliau mengabarkan juga tentang perjalanan Hajinya, beliau berkata:
“Ketika saya menunaikan ibadah Haji saya meminum air Zamzam karena beberapa alasan, diantaranya karena saya ingin mencapai dalam ilmu fiqih sampai layaknya derajat Syaikh Siraj Ad Din Al Bulqini, dan dalam bidang hadits laksana tingkatan Syeikh Al Hafizh Ibnu Hajar”.
Imam As Suyuthi adalah seorang yang luar biasa di masanya, beliau adalah sumber dan gudangnya ilmu pengetahuan serta yang ahli dalam bidang sejarah Islam. Beliau berusaha untuk mengumpulkan dan merumuskan berbagai macam ilmu di masanya.[2]
Beliau berkata:
“Saya telah dianugrahi untuk menggeluti tujuh disiplin ilmu, yaitu Tafsîr, Hadîts, Fiqih, Nahwu, ilmu Ma’âni, dan Bayân. Saya mendapatkannya melalui orang-orang Arab dan para Ahli Balâghah bukan berdasarkan pada metode orang asing dan para Ahli Filsafat”.
Beliau menambahkan:
“Pada permulaan saya menuntut ilmu, saya belajar ilmu Mantiq (ilmu logika), kemudian Allah menaruhkan rasa benci dalam hatiku akan ilmu tersebut. Bahkan saya mendengar bahwa Ibnu Shalah telah mengeluarkan fatwa keharamannya dan keharusan meninggalkan ilmu tersebut. Kemudian Allah menggantikannya dengan ilmu Hadîts yang merupakan ilmu paling mulia”.[3]
Beliau berkata : “Saya mulai menulis buku sejak tahun 866 H”.
Karya-karya beliau sangat banyak sekali hingga mencapai enam ratus karya tulis dikarenakan beliau rajin menulis buku pada usia mudanya. Bahkan menurut As Sa’id Manduh karya beliau mencapai 725 kitab.[4]
Diantara karya-karya beliau yang terkenal, antara lain:
1. Al Itqân Fî ’Ulûm Al Qurân.
2. Ad Dur Al Mantsûr Fî At Tafsîr Bi Al Ma’tsûr.
3. Lubâb An Nuqûl Fî Asbab An Nuzûl.
4. Mufahhamat Al Aqran Fî Mubhamat Al Qurân.
5. Al Iklil Fî Istinbâţ At Tanzîl.
6. Takammulah Tafsîr Syaikh Jalâluddîn Al Mahalli.
7. Hâsyiyah ’Alâ Tafsîr Al Baidhâwi.
8. Tanasuq Ad Durar Fî Tanâsub As Suwar.
9. Syarh Asy Syâţibiyyah.
10. Al Alfiyyah Fî Al Qirâ’at Al ‘Asyr.
11. Syarh Ibnu Mâjah.
12. Tadrîb Ar Râwi.
13. Aţ Ţib An Nabawi.
14. Is’âf Al Mubaţţa Bi Ar Rijâl Al Muwaţţâ’.
15. Al Alai’ Al Mashnû’ah Fî Al Ahâdits Al Maudhû’ah.
16. An Naktu Al Badî’at ‘Alâ Al Maudhû’ât.
17. Syarh As Shudûr Bi Syarh Hal Al Maut Wa Al Qubûr.
18. Al Budûr As Safîrah ‘An Umûr Al Akhîrah.
19. Ar Riyâdh Al ‘Anîqah Fî Syarh Asmâ’ Khair Al Khalîfah.
20. Al Asybah Wa An Nadhâ’ir.
21. Jam’u Al Jawâmi’.
22. Tarjumah An Nawâwi.
23. Diwân Syi’r
24. Tuhfah Azh Zharfâ’ Bi Asmâ’ Al Khulafâ’
25. Târîkh Asyûţ
26. Târîkh Al Khulafâ’
Dan masih banyak lagi kitab-kitab beliau yang terkenal.
Al ‘Idrusi berkata:
“Imam As Suyuthi meninggal pada waktu Ashar tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H/1505 M. Beliau dishalatkan di Masjid Jami’ Al Afariqi di ruangan bawah. Kemudian beliau dimakamkan di sebelah timur pintu Al Qarafah. Sebelum meninggal dia mengalami sakit selama tiga hari.”[]
“Saya dalam kitab ini mencantumkan tentang biografi pribadi sebagaimana yang telah dilakukan oleh para penulis sebelum saya”.
“Tidak sedikit yang menulis sebuah buku kecuali dituliskan di dalam buku tersebut tentang biodata pribadi sang penulis, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Abdul Ghaffar Al Farisi dalam kitabnya Târîkh Naisabur, Yaqut Al Hamawi dalam kitab Mujam Al Buldân dan Lisan Ad Din Ibnu Al Khathib dalam kitab Târîkh Gharnaţah, Al Hafizh Taqiyuddin Al Farisi dalam kitab Târîkh Makkah, Al Hafizh Abu Al Fadhl Ibnu Hajar dalam Qadhâ’ Mishr, Abu Syammah dalam kitabnya Ar Rawdhataini, dia adalah orang yang paling wara’ dan zuhud”.
Imam As Suyuthi berkata:
“Saya dilahirkan pada waktu Maghrib malam Ahad tanggal 1 bulan Rajab pada tahun 849 H/1445 M di Kairo Mesir, yakni enam tahun sebelum ayah saya meninggal. Kemudian pada saat bapakku masih hidup saya dibawa kepada Syaikh Muhammad Al Majdzub seorang pembesar para wali di samping Masyhad An Nafisi, kemudian beliau mendo’akan saya”.
Beliau menambahkan:
“Saya tumbuh dalam keadaan yatim dan saya telah hafal Al Quran ketika berusia belum genap delapan tahun. Saya juga telah hafal kitab Al ‘Umdah Al Ahkâm (karya Ibnu Daqiq Al ‘Id), kitab Minhâj At Ţâlibîn (karya Imam Nawawi), kitab Minhâj Al Wushûl Ilâ ‘Ilm Al Ushûl (karya Imam Al Baidhawi), serta kitab Alfiyah Ibnu Malik”.
Al Idrusi dalam kitabnya An Nûr As Sâfir halaman 51-52 berkata:
“Ayahnya meninggal pada malam senin tanggal 5 bulan Shafar tahun 855 H, kemudian dia mewasiatkan As Suyuthi kepada Syaikh Kamal Ad Din bin Al Hammam, lantas beliau pun menjaga, mengurus serta mendidik As Suyuthi”.
Imam as-Suyuthi berkata:
“Saya telah berkecimpung dalam dunia pendidikan sejak awal tahun 864 H. Kemudian saya belajar Fiqih, Nahwu dari beberapa ulama besar, saya belajar ilmu Fara’idh kepada syeikh Al ‘Allamah Syihabuddin Asy Syarmasahi yang di-katakan padanya bahwasannya dia telah mencapai usia sepuh lebih dari seratus tahun. Allah Maha Mengetahui. Saya telah membaca dalam syarahnya dalam kitab Al Majmu’.”
“Kemudian saya melanjutkan dengan mengajar bahasa Arab pada awal tahun 866 H. Pada tahun ini saya mulai menulis sebuah buku, adapun buku yang pertama saya tulis adalah Syarh Al ‘Isti’âdzah Wa Al Basmalah. Kemudian saya mewakafkannya kepada Syeikh Al Islam ‘Ilm Ad Din Al Bulqini kemudian beliau menulis kalimat pujian, dan senan-tiasa menyertakannya dalam fiqihnya sampai beliau meninggal yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya”.
Imam as-Suyuthi telah mengabarkan kepada kami tentang perjalanan karir pendidikannya, beliau berkata:
“Saya memulai perjalanan menuju Syam, kemudian Hijaz, Yaman, India, Maghrib dan At Takrur”.[1]
Kemudian beliau mengabarkan juga tentang perjalanan Hajinya, beliau berkata:
“Ketika saya menunaikan ibadah Haji saya meminum air Zamzam karena beberapa alasan, diantaranya karena saya ingin mencapai dalam ilmu fiqih sampai layaknya derajat Syaikh Siraj Ad Din Al Bulqini, dan dalam bidang hadits laksana tingkatan Syeikh Al Hafizh Ibnu Hajar”.
Imam As Suyuthi adalah seorang yang luar biasa di masanya, beliau adalah sumber dan gudangnya ilmu pengetahuan serta yang ahli dalam bidang sejarah Islam. Beliau berusaha untuk mengumpulkan dan merumuskan berbagai macam ilmu di masanya.[2]
Beliau berkata:
“Saya telah dianugrahi untuk menggeluti tujuh disiplin ilmu, yaitu Tafsîr, Hadîts, Fiqih, Nahwu, ilmu Ma’âni, dan Bayân. Saya mendapatkannya melalui orang-orang Arab dan para Ahli Balâghah bukan berdasarkan pada metode orang asing dan para Ahli Filsafat”.
Beliau menambahkan:
“Pada permulaan saya menuntut ilmu, saya belajar ilmu Mantiq (ilmu logika), kemudian Allah menaruhkan rasa benci dalam hatiku akan ilmu tersebut. Bahkan saya mendengar bahwa Ibnu Shalah telah mengeluarkan fatwa keharamannya dan keharusan meninggalkan ilmu tersebut. Kemudian Allah menggantikannya dengan ilmu Hadîts yang merupakan ilmu paling mulia”.[3]
Beliau berkata : “Saya mulai menulis buku sejak tahun 866 H”.
Karya-karya beliau sangat banyak sekali hingga mencapai enam ratus karya tulis dikarenakan beliau rajin menulis buku pada usia mudanya. Bahkan menurut As Sa’id Manduh karya beliau mencapai 725 kitab.[4]
Diantara karya-karya beliau yang terkenal, antara lain:
1. Al Itqân Fî ’Ulûm Al Qurân.
2. Ad Dur Al Mantsûr Fî At Tafsîr Bi Al Ma’tsûr.
3. Lubâb An Nuqûl Fî Asbab An Nuzûl.
4. Mufahhamat Al Aqran Fî Mubhamat Al Qurân.
5. Al Iklil Fî Istinbâţ At Tanzîl.
6. Takammulah Tafsîr Syaikh Jalâluddîn Al Mahalli.
7. Hâsyiyah ’Alâ Tafsîr Al Baidhâwi.
8. Tanasuq Ad Durar Fî Tanâsub As Suwar.
9. Syarh Asy Syâţibiyyah.
10. Al Alfiyyah Fî Al Qirâ’at Al ‘Asyr.
11. Syarh Ibnu Mâjah.
12. Tadrîb Ar Râwi.
13. Aţ Ţib An Nabawi.
14. Is’âf Al Mubaţţa Bi Ar Rijâl Al Muwaţţâ’.
15. Al Alai’ Al Mashnû’ah Fî Al Ahâdits Al Maudhû’ah.
16. An Naktu Al Badî’at ‘Alâ Al Maudhû’ât.
17. Syarh As Shudûr Bi Syarh Hal Al Maut Wa Al Qubûr.
18. Al Budûr As Safîrah ‘An Umûr Al Akhîrah.
19. Ar Riyâdh Al ‘Anîqah Fî Syarh Asmâ’ Khair Al Khalîfah.
20. Al Asybah Wa An Nadhâ’ir.
21. Jam’u Al Jawâmi’.
22. Tarjumah An Nawâwi.
23. Diwân Syi’r
24. Tuhfah Azh Zharfâ’ Bi Asmâ’ Al Khulafâ’
25. Târîkh Asyûţ
26. Târîkh Al Khulafâ’
Dan masih banyak lagi kitab-kitab beliau yang terkenal.
Al ‘Idrusi berkata:
“Imam As Suyuthi meninggal pada waktu Ashar tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H/1505 M. Beliau dishalatkan di Masjid Jami’ Al Afariqi di ruangan bawah. Kemudian beliau dimakamkan di sebelah timur pintu Al Qarafah. Sebelum meninggal dia mengalami sakit selama tiga hari.”[]
Link Download : PDF (Belum Tersedia)
Sumber : Buku Muslim Sejati wajib memperingati Maulid Nabi
Di Upload oleh OSMADIM (Organisasi Santri Madrasah Diniyah Manbaul Falah) Sie TIK
0 comments:
Posting Komentar