...

Jangan Memutus Rahmat Allah

Leave a Comment

Hadits Kedua

Memutus Rahmat Allah

اَلْفَاجِرُ الرَّاجِيْ رَحْمَةَ اللهِ تَعَالٰى أَقْرَبُ اِلَى اللهِ تَعَالٰى مِنَ الْعَابِدِ الْمُقْنِطِ {رواه الحكيم والترمذي}


Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud  bahwa Rasulullah  pernah bersabda: 
Orang yang bermaksiat dengan senantiasa mengharap rahmat Alloh  lebih dekat kepada Allah daripada ahli ibadah yang memutuskan rahmat-Nya. (HR. Hakim dan Tirmidzi)

Hikayat Pertama


Diriwayatkan oleh Zayd bin Aslam dari Sayyidina 'Umar , bahwa pada masa umat terdahulu ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah . Namun orang tersebut memutuskan rahmat Allah bagi orang lain. 

Setelah meninggal dunia, orang tadi bertanya kepada Allah: “Wahai Tuhanku, apa bagian yang telah Engkau siapkan untukku?”.   Allah menjawab: “Neraka”. Lalu ia bertanya lagi: “Di mana pahala ibadah dan kesungguhanku menyembah-Mu”. Allah menjawab: “Di dunia engkau telah memutuskan rahmat-Ku bagi orang lain, maka hari ini Aku memutuskan rahmat-Ku bagimu”.

Hikayat Kedua


Diriwayatkan dari Abu Hurairah  dari Rasulullah , bahwa ada seorang lelaki yang tidak pernah melkukan kebaikan sama sekali kecuali hanya yakin kepada Allah . 

Saat menjelang kematiannya ia berpesan kepada istrinya: “Jika aku mati, bakarlah tubuhku sampai menjadi abu, kemudian taburkanlah ke laut saat angin berhembus kencang”.

Kemudian istrinya melakukan permintaan tersebut. Setelah menghadap Allah, lalu Allah bertanya: “Apa yang mendorong kamu melakukan hal ini?” dia menjawab: “Hamba melakukan ini karena takut kepadamu”. Kemudian Allah mengampuni dosa-dosanya, padahal ia tidak pernah melakukan kebaikan kecuali hanya percaya pada kekuasaan Allah.

Hikayat Ketiga


Ada seorang yang mati pada masa Nabi Musa  yang masyarakat tidak mau memandikan dan menguburkannya karena kejelekan-kejelekannya. Bahkan mereka melemparkan mayat tersebut ke tempat sampah.

Kemudian Allah menyeru kepada Nabi Musa: “Seseorang telah mati di tempat ini dan berada di tempat sampah. Dia adalah kekasih-Ku, namun tidak ada yang memandikan, mengafani, dan menguburkan. Carilah, mandikanlah, kafani, shalati, lalu makamkanlah ia”.

Kemudian Nabi Musa menuju tempat yang telah ditunjukkan oleh Allah, dan bertanya tentang mayat tersebut kepada masyarakat sekitar. Masyarakatpun  menjawab: “Benar memang ada yang baru meninggal, tetapi ia adalah orang yang jelek perilakunya”. Lalu Nabi Musa bertanya: “Di manakah mayat itu?. Allah menyuruhku untuk mencarinya. Beritahukan kepadaku di mana tempatnya”

Lantas mereka semua berangkat. Setelah Nabi Musa melihat mayat tersebut dibuang di tempat sampah dan mendengar berita dari masyarakat kalau orang tersebut adalah orang yang berperilaku jelek, lalu Nabi Musa bermunajat kepada Allah: “Ya Allah, Engkau mengutusku agar mengubur dan menyalatinya, sementara masyarakat bersaksi kalau dia adalah orang yang jelek. Engkaulah Yang Maha Tahu dari mereka. Engkaulah yang berhak memuji dan menghinakan”.
Kemudian Allah memberikan wahyu: “Wahai Musa, yang diceritakan masyarakat itu benar bahwa orang tersebut adalah orang yang jelek perilakunya, namun ia meminta pertolongan kepada-Ku saat kematiannya dengan tiga hal, yang siapa saja dari para pendosa memintanya maka Aku akan memberikannya. Bagaimana Aku tidak merahmatinya padahal ia telah meminta dengan hatinya. Sementara Aku adalah yang paling sayang dari para penyayang”.

Lalu nabi Musa bertanya: “Wahai Tuhanku, apakah tiga hal tersebut?”. Allah menjawab: “Saat akan meninggal ia berkata: “Wahai Tuhanku, Engkau tahu jika hamba adalah pelaku maksiat padahal hamba sangat membenci terhadap maksiat. Ada tiga hal yang membuat hamba melakukan maksiat meskipun membenci maksiat. Yaitu hawa nafsu, pergaulan yang jelek, dan iblis yang terkutuk. Tiga hal inilah yang menggelincirkan hamba berbuat maksiat. Engkau Maha Tahu terhadap apa yang hamba ucapkan. Ampunilah hamba”.

Kedua, dia berkata: “Wahai Tuhanku, Engkau tahu, karena hamba pelaku maksiat maka tempat hamba adalah bersama dengan para pendosa (fasiq). Namun hamba menginginkan berkumpul dengan orang shalih dan orang yang tidak tergiur dunia. Berkumpul dengan mereka lebih hamba sukai dari pada dengan orang-orang yang fasiq”.

Ketiga, ia berkata: “Engkau tahu apa yang ada pada diri hamba, bahwa orang yang shalih lebih hamba suka dari pada orang yang fasiq. Bahkan apabila ada dua orang yang datang kepada hamba yang satu orang yang shalih dan yang satunya adalah orang yang fasiq maka hamba mendahulukan keprluan orang yang shalih”.

Dalam riwayat Wahb bin Munabbih diceritakan, yang ia katakan ketiga adalah: “Wahai Tuhanku, jika engkau mengampuni dosa-dosaku maka para kekasih dan nabi-Mu akan berbahagia, sementara syetan yang menjadi musuhku dan musuh-Mu akan merasa susah. Namun jika Engkau menyiksaku karena dosa maka syetan dan pengikutnya akan gembira, sementara para nabi dan kekasih-Mu akan susah. Hamba tahu jika gembiranya kekasih lebih Engkau suka dari pada gembiranya syetan. Ampunilah dosaku, Engkau Maha Tahu atas apa yang hamba ucapkan”.

“Demikianlah Musa, lakukanlah apa telah Aku perintahkan, bahkan sebab kemuliaannya Aku mengampuni dosa-dosa orang yang menyalati jenazahnya dan menghadiri pemakamannya”.


Sumber : Kitab Usfuriyah
Penulis  : KH. M. Ali Maghfur Syadzili Iskandar, S.PdI.,

Link Download 
Versi .Ppt
Versi .Doc
Versi .Pdf








0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.