WUDHU RASULULLAH
DALAM RIWAYAT BUKHARI DAN MUSLIM
Oleh,
H. M. Ali Maghfur Syadzili Iskandar, S.Pd.I
Seluruh ummat Islam wajib mengetahui tata cara wudhu yang baik dan
benar karena wudhu adalah hal yang dominan dan menentukan dalam beberapa
ibadah, bahkan menjadi tolok ukur sah dan tidaknya suatu shalat yang
dikerjakan oleh seseorang.[1]Wudhu yang baik dan benar sudah barang tentu pernah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, karena tidak mungkin wudhu yang menjadi penentu suatu amal ibadah tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Oleh karen itu kita harus mempelajari gerakan wudhu yang baik dan benar melalui sabda-sabda Nabi yang akan diterangkan di bawah, karena dalam beberapa riwayat Rasulullah ﷺ sangat menekankan sempurnanya wudhu.[2]
Hadits yang kami cantumkan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menjadi barometer tertinggi dalam tataran hadits-hadits yang ada karena memiliki keakuratan riwayat yang tidak perlu diragukan menurut para pakar-pakar hadits.
أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَ
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ
كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ
وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى
الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرٰى مِثْلَ
ذٰلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى
الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرٰى مِثْلَ ذٰلِكَ
ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِيْ هٰذَا
ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِيْ هٰذَا ثُمَّ
قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ﴿متفق عليه
“Hamran budak yang dimerdekakan oleh sahabat Ustman memberitahukan bahwa sahabat Utsman bin ‘Affan t pernah
melakukan wudhu dengan membasuh dua telapak tangannya tiga kali, lalu
berkumur dan membasuh hidung, lantas membasuh wajahnya tiga kali,
kemudian membasuh tangan kanan sampai siku-siku tiga kali, lalu membasuh
tangan kiri sama halnya dengan tangan kanan, lantas mengusap kepala,
kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, lalu membasuh
kaki kiri seperti halnya kaki kanan. Setelah itu beliau berkata:
“Seperti inilah aku melihat Rasulullah ﷺ berwudhu, lantas Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini lalu dia melakukan shalat dua
rakaat dengan tanpa berbicara dalam dirinya (menggerutu/gruneng; jawa)
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.[3]Imam Muslim dalam riwayat hadits ini menambahkan pendapat Imam Ibnu Syihab yang termasuk salah satu ulama besar pada masa Imam Muslim (ada yang berpendapat beliau adalah salah satu guru dari Imam Muslim) menyatakan wudhu yang di terangkan dalam hadits di atas adalah wudhu yang paling sempurna jika dilakukan oleh seseorang yang akan melakukan shalat.[4]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ تَوَضَّأَ
فَغَسَلَ وَجْهَهُ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَمَضْمَضَ بِهَا
وَاسْتَنْشَقَ ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَجَعَلَ بِهَا هَكَذَا
أَضَافَهَا إِلٰى يَدِهِ الْأُخْرٰى فَغَسَلَ بِهِمَا وَجْهَهُ ثُمَّ
أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَغَسَلَ بِهَا يَدَهُ الْيُمْنَى ثُمَّ أَخَذَ
غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَغَسَلَ بِهَا يَدَهُ الْيُسْرٰى ثُمَّ مَسَحَ
بِرَأْسِهِ ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً مِنْ مَاءٍ فَرَشَّ عَلٰى رِجْلِهِ
الْيُمْنٰى حَتّٰى غَسَلَهَا ثُمَّ أَخَذَ غَرْفَةً أُخْرٰى فَغَسَلَ بِهَا
رِجْلَهُ يَعْنِي الْيُسْرٰى ثُمَّ قَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ
ﷺ يَتَوَضَّأُ ﴿رواه البخاري
“Dari sahabat Ibnu ‘Abbas bahwa beliau pernah berwudhu membasuh
wajah dengan mengambil air, lalu berkumur dan membasuh hidung, kemudian
mengambil air lagi dengan kedua tangannya dan membasuh wajahnya, lantas
mengusap kepalanya, lalu mengambil air lagi dengan menyiramkannya pada
kaki kanan sampai benar-benar membasuhnya, kemudian membasuh kakinya
yang kiri. Setelah itu beliau berkata: “Demikianlah apa saya lihat
ketika Rasulullah ﷺ berwudhu”.[5]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ
الْأَنْصَارِيِّ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ قَالَ قِيْلَ لَهُ تَوَضَّأْ
لَنَا وُضُوْءَ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ فَدَعَا بِإِنَاءٍ فَأَكْفَأَ مِنْهَا
عَلٰى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ
فَاسْتَخْرَجَهَا فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ فَفَعَلَ
ذٰلِكَ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَغَسَلَ وَجْهَهُ
ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَاسْتَخْرَجَهَا فَغَسَلَ يَدَيْهِ إِلَى
الْمِرْفَقَيْنِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ
فَاسْتَخْرَجَهَا فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ
ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ قَالَ هَكَذَا كَانَ
وُضُوْءُ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ﴿رواه مسلم
“Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim Al Anshari. Beliau memiliki
seorang teman akrab yang berkata kepadanya: “Berwudhulah seperti
wudhunya Rasulullah ﷺ” setelah permintaan itu Abdullah lantas
mengambil air dengan membasuh dua tangannya tiga kali lalu memasukkan
tangannya ke air lantas mengeluarkannya lagi kemudian dia berkumur dan
membasuh hidungnya dengan satu pengambilan (cawukan; jawa) air sebanyak
tiga kali, setelah itu dia memasukkan tangannya lagi ke air dan
mengeluarkannya lalu membasuh wajahnya tiga kali. Lantas memasukkan
tangannya lagi ke air dan mengeluarkannya kemudian membasuh dua tangan
sampai dua siku dua kali-dua kali, setelah itu memasukkan tangannya ke
air dan mengeluarkannya lantas mengusap kepala dari depan dan dari
belakang, lalu membasuh dua kakinya sampai dua mata kaki, setelah itu
beliau berkata: “Beginilah wudhu yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ”.[6]
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ
الْمَازِنِيَّ يَذْكُرُ أَنَّهُ رَاٰى رَسُوْلَ اللهِ ﷺ تَوَضَّأَ
فَمَضْمَضَ ثُمَّ اسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَيَدَهُ
الْيُمْنٰى ثَلَاثًا وَالْأُخْرٰى ثَلَاثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ بِمَاءٍ
غَيْرِ فَضْلِ يَدِهِ وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ حَتّٰى أَنْقَاهُمَا ﴿رواه مسلم
“Sesunggunya Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim Al Mazini menyebutkan bahwa dia pernah melihat Rasulullah ﷺ
berwudhu dengan cara berkumur lantas membasuh hidung lalu membasuh
wajah sebanyak tiga kali, tangan kanan tiga kali, tangan kiri tiga kali,
kemudian mengusap kepala tidak dengan sisa air basuhan tangan (dengan
mengambil air yang baru), lantas membasuh dua kaki beliau sampai
membersihkan keduanya”.[7][1] Karena wudhu menjadi syarat sahnya shalat. Yakni jika tidak melakukan wudhu terlebih dahulu maka shalat dihukumi tidak sah. [2] Akan kita bahasa secara khusus dalam sunnah-sunnah wudhu.
[3] Shahîh Al Bukhâri, juz I, hlm. 277, dan 285, nomer hadits 155 dan 159. Shahîh Muslim, juz II, hlm. 8 dan 9, nomer hadits 331 dan 332.
[4] Shahîh Muslim, juz II, hlm. 8.
[5] Shahîh Al Bukhâri, juz I, hlm. 242, nomer hadits 137.
[6] Shahîh Muslim, juz II, hlm. 27, nomer hadits 346.
[7] Shahîh Muslim, juz II, hlm. 28, nomer hadits 347.
sumber: http://www.nusurabaya.or.id
0 comments:
Posting Komentar